Profil Singkat RM. Imam Koesoepangat: Motor Pembangunan PSHT

MADIUN - RM Imam Koesoepangat lahir di Madiun pada 1938, putra bungsu pasangan ningrat Madiun, Raden Ayu Koesmiyatoen dan RM Ambar Koessensi.

Mewarisi garis darah Pangeran Ronggo Ario Koesnoningrat (Bupati Madiun VI), ia justru memilih jalur kebatinan dan kepemimpinan di PSHT.

Dikenal “Penditho Wesi Kuning” karena wibawa dan keteguhannya, Imam menonjol sebagai guru spiritual yang merangkul akar rumput.

Kariernya di PSHT dimulai saat terpilih menjadi Ketua Pusat pada Kongres Madiun 1974–1977. Ia memperkenalkan struktur Dewan Pusat badan legislatif internal serta merumuskan dokumen pedoman pelatihan yang pertama: menyatukan aspek fisik, mental, dan spiritual.

Ajaran terkenalnya, “Sepiro gedhening sengsoro yen tinompo amung dadi cobo,” menekankan penerimaan ikhlas atas setiap rintangan, menjadikannya mantra wajib di setiap sesi latihan.

Pada 1981, saat PSHT memasuki fase modernisasi, ia dipilih sebagai Ketua Dewan Pusat—membantu Tarmadji Boedi Harsono SE (Ketua Umum) dan Raden Murjoko HW (Sekretaris Umum).

Di masa ini, Imam mengawasi perubahan mahar dari koin kuno ke rupiah, pendirian Yayasan Setia Hati Terate, serta perancangan Padepokan Agung.

Kepekaannya terhadap kebutuhan spiritual anggota mendorong lahirnya modul kebatinan terstruktur: lokakarya meditasi, sharing pengalaman, dan sesi konseling batiniah.

Wasiat kebatinannya terus mempengaruhi pembinaan kader. Banyak instruktur dan ketua cabang meniru metode mentoring beliau—kombinasi tatap muka intensif dan pembelajaran mandiri.

Hingga kini, forum “Ngaji Ilmu Batiniyah” yang ia prakarsai masih rutin digelar, mempertahankan semangat persaudaraan dan keikhlasan antar-anggota PSHT di seluruh pelosok Nusantara dan mancanegara.