Silsilah Ketua Umum PSHT dari 1922 sampai Sekarang

MADIUN - Sejak didirikan pada 1922 di Madiun, PSHT dipimpin oleh sederet tokoh yang membentuk wajah organisasi.
Nama-nama tokoh penting itu, abadi dalam catatan sejarah dan terus disebut-sebut hingga hari ini.
Dinamika hingga berkibarnya bendera SH Terate, SE antero Nusantara tidak lepas dari perjuangan tokoh tersebut.
Melalui proses panjang dan melelahkan, para ketua umum itu, mampu mengemban amanahnya.
Berikut silsilah kepengurusan ketua umum sampai hari ini:
Ki Hadjar Hardjo Oetomo (1922–1948): pendiri, membangun struktur awal PSC yang kemudian menjadi PSHT.
Soetomo Mangkoedjojo (1948–1956; 1966–1974): pegawai BRI yang memodernisasi administrasi dan memperluas jangkauan cabang.
M. Irsad (1956–1958): murid langsung pendiri, memperkaya kurikulum dengan senam kebugaran, belati, dan jurus toya.
Santoso Kartoatmodjo (1958–1966): menjaga kesinambungan organisasi di masa transisi kepemimpinan.
RM. Imam Koesoepangat (1974–1977): “Penditho Wesi Kuning” yang menegaskan nilai kebatinan dan mendirikan Dewan Pusat.
Badini (1977–1981): mewarisi struktur dan mempersiapkan era reformasi mahar.
Tarmadji Boedi Harsono, SE (1981–2014): mengganti mahar koin, mendirikan yayasan, dan membangun Padepokan Agung.
Richard Simorangkir (Plt) dan Arif Suryono (Plt) (2014–2016): mengawal kesinambungan pasca-Tarmadji.
Muhammad Taufik (2016–2017): hanya menjabat 1 tahun saja. Karena dianggap ada persoalan dan polemik di internal organisasi.
Dari persoalan itulah, mayoritas ketua cabang se- Indonesia menyikapi hal tersebut dengan dilaksanakan nya Rakornas tahun 2017.
Namun, karena mas taufik tidak hadir, maka peserta rakornas menghendaki untuk di tingkatkan menjadi Parapatan Luhur dipercepat.
Hasil Parapatan mengembalikan hak suara terbanyak di Parapatan Luhur tahun 2016 kepada Kang Mas Murdjoko sebagai Ketua Umum SH Terate.
Dari polemik itulah, sehingga muncul P16 dan P17.
Sampai hari ini, Moerdjoko HW didapuk jadi ketua umum secara aklamasi terhitung mulai (2017–sekarang).
Mas Murjoko membawahi PSHT Parluh 17, memodernisasi metode latihan dan digitalisasi.
Dengan lebih dari 100 tahun sejarah, setiap ketua umum meninggalkan jejak, dari pembentukan struktur awal, modernisasi materi latihan, reformasi keuangan, hingga pemanfaatan teknologi.
Silsilah ini bukan sekadar rangkaian nama, melainkan refleksi bagaimana PSHT terus berbenah dan menjaga tradisi sembari beradaptasi dengan zaman.
What's Your Reaction?






