’Urip Iku Urup’ dalam Kehidupan Sehari-hari Anggota SH Terate
Ungkapan Jawa “Urip Iku Urup”—hidup itu menghidupi—menjadi salah satu falsafah sentral Persaudaraan Setia Hati Terate.

MADIUN - Ungkapan Jawa “Urip Iku Urup” hidup itu menghidupi, menjadi salah satu falsafah sentral Persaudaraan Setia Hati Terate.
Secara harfiah, ia mendorong setiap anggota untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan juga memberi manfaat bagi lingkungan sekitar.
Pada praktiknya, nilai ini diaplikasikan dalam beberapa aspek keseharian pendekar SH Terate:
Kepedulian Sosial
Banyak cabang PSHT yang rutin mengadakan bakti masyarakat: kerja bakti di desa, donor darah massal, hingga aksi bersih-bersih fasilitas umum.
Kegiatan ini tidak hanya membuktikan komitmen terhadap semboyan, tetapi juga mempererat tali persaudaraan antarwarga.
Pendidikan dan Pembinaan
Dalam setiap sesi latihan, pelatih menekankan bahwa teknik beladiri bukan semata kekuatan fisik, melainkan sarana mengasah empati dan tanggung jawab.
Sebelum mempelajari jurus, siswa diajak berdiskusi tentang bagaimana memanfaatkan ilmu silat untuk kebaikan, bukan untuk pamer kekuasaan.
Keharmonisan Keluarga dan Komunitas
Anggota SH Terate didorong menerapkan sikap tolong-menolong dan rendah hati di lingkungan rumah tangga dan tempat kerja.
Ketika rekan mengalami kesulitan, pendekar diharapkan turun tangan membantu sesuai ajaran “Ojo Seneng Gawe Susahe Liyan, Opo Alane Gawe Seneng Liyan”.
Pengembangan Diri Berkelanjutan
Prinsip “Urip Iku Urup” membuat setiap pendekar terus belajar baik ilmu silat, keterampilan hidup, maupun etika.
Seminar spiritual, kelas kewirausahaan, dan lokakarya kepemimpinan menjadi bagian dari program reguler.
Dengan internalisasi “Urip Iku Urup”, SH Terate mencetak pendekar yang tangguh dalam teknik, bijak dalam sikap, dan peduli pada sesama sebuah wujud nyata dari falsafah leluhur Jawa yang mengilhami persaudaraan ini. (Maz Roni/ Tim Humas SH Terate Pusat Madiun)
What's Your Reaction?






