Motto “Ngluruk Tanpo Bolo” dalam Strategi Silat PSHT

MADIUN - Ungkapan Jawa “Ngluruk Tanpo Bolo” secara harfiah berarti “mendatangi tanpa tongkat (senjata pendamping)” mengajarkan keberanian dan kemandirian dalam menghadapi situasi berbahaya.
Dalam praktik PSHT, motto ini menjadi landasan strategi luring dan taktik serangan mendadak.
Pada pelatihan taktik, para pendekar PSHT menjalani dril satu lawan banyak di ruang terbuka, meniru kondisi “serbuan tanpa kawan”.
Mereka belajar memanfaatkan kecepatan langkah, pergeseran pusat gravitasi, dan serangan kilat—tanpa mengandalkan alat bantu seperti toya atau belati.
Dril ini meningkatkan kesadaran ruang (spatial awareness) dan refleks, sehingga pendekar siap menghadapi ancaman di jalanan atau keramaian.
Di level lanjutan, instruktur menekankan penerapan “Ngluruk Tanpo Bolo” dalam pertandingan tanding: menyerang lebih dulu dengan kombinas pukulan dan tendangan kombo.
Memotong ritme lawan, lalu mundur cepat sebelum serangan balik. Teknik ini memadukan falsafah “Satria Ingkang Pilih Tanding".
Memilih lawan yang setara—dengan prinsip wiraga (kekuatan fisik) dan wirasa (kesadaran batin) untuk memastikan kemenangan tanpa meremehkan.
Secara filosofis, motto ini juga mengajarkan keberanian moral: berani menghadapi masalah tanpa “alat bantu” berupa kedudukan, kekayaan, atau pengaruh.
Pendekar PSHT diharapkan menyelesaikan persoalan dengan keahlian dan niat baik, tanpa mendelegasikan tanggung jawab kepada orang lain.
Dengan begitu, “Ngluruk Tanpo Bolo” menjadi simbol kemandirian, integritas, dan jiwa kesatria PSHT.
What's Your Reaction?






