Strategi Regenerasi PSHT: Mempersiapkan Pemimpin Masa Depan

MADIUN - Regenerasi kepemimpinan menjadi kunci kelangsungan PSHT. Sejak masa Santoso Kartoatmodjo (1958–1966), program kaderisasi formal diperkenalkan:

seleksi bakat ujung tombak, pelatihan intensif, dan lokakarya kepemimpinan. Kandidat instruktur wajib mengikuti workshop komunikasi, manajemen organisasi, dan etika kebatinan, dipandu senior serta pakar pendidikan.

Sejak memasuki era Tarmadji Boedi Harsono, sistem ini diperluas. Calon-calon pemimpin disertifikasi melalui ujian tulis dan praktik, meliputi modul biomekanika oleh kang mas Moerdjoko.

Kepemimpinan kebatinan, oleh Imam Koesoepangat dan manajemen keuangan oleh yayasan. Evaluasi berkala di tiap cabang memastikan standar kualitas terpenuhi.

PSHT juga merintis forum nasional kader muda, forum diskusi lintas generasi yang diadakan bersamaan dengan Kongres Nasional setiap lima tahun.

Di sana, peserta mempresentasikan proposal inovasi mulai penggunaan platform digital untuk dokumentasi jurus, hingga program pelatihan kesehatan mental. Ide terbaik diadopsi dan dipilotkan di Padepokan Agung.

Selain itu, kemitraan dengan universitas dan lembaga riset menghasilkan program magang instruktur dan riset pengembangan materi.

Calon pemimpin mendapatkan kredit akademik serta sertifikat profesional, meningkatkan kredibilitas PSHT di mata publik.

Strategi regenerasi ini berwujud dalam kurikulum berjenjang: dari tingkat dasar (penguasaan jurus dan kebatinan dasar), menengah (metode latihan massal, kepemimpinan kecil), hingga tingkat lanjutan (strategi organisasi, manajemen sosial).

Dengan demikian, PSHT secara sistematis menyiapkan pemimpin masa depan yang tidak hanya mahir silat, tetapi juga terampil mengelola organisasi, membina komunitas, dan beradaptasi dengan tantangan zaman.